Spiritual Leadership Menurut Orang Awam

Materi Dakwah

Hermawan Kresna Dipojono

  1. PENGANTAR

Permintaan panitia kepada saya untuk berbicara mengenai Spiritual Leadership ini menjadi dilema: tidak mungkin menolak karena ini merupakan program dari AMKI Wilayah (artinya bagian dari organisasi yang saya mendapat amanah untuk memimpin- nya) namun topik ini secara teori sungguh sangat jauh dari bidang yang saya geluti. Itu sebabnya tulisan ini saya beri judul Spiritual Leadership Menurut Orang Awam. Saya beruntung tidak diberi judul spesifik oleh panitia. Kalau pada akhirnya saya pu- tuskan menerimanya adalah karena pertama sebagai apresiasi kepada Pengurus AMKI Wilayah Sulsel, dan kedua karena ada Google yang mempermudah penelusuran tentang topik ini. Ternyata sungguh tidak mudah karena googling dengan kata kunci spiritual leadership akan menghasilkan ratusan (mungkin ribuan) artikel; tidak mungkin saya membaca seluruh artikel itu, dan juga saya tidak tahu di antara itu semua mana yang dapat dipercaya. Harus ada alat penapis lain yang agak canggih agar saya terbantu untuk menyeleksinya. Pilihan saya jatuh pada pangkalan data Scopus. Nyaris setali tiga uang, dengan menggunakan kata kunci yang sama diperoleh angka 1313 artikel per tanggal 18 Agustus 2020; masih cukup banyak walau kini sudah lebih berbobot ilmiah. Terpaksa ditapis lebih lanjut dengan membatasi pada artikel dengan judul ek- splisit ada kata spiritual leadership dan diperoleh artikel sebanyak 239 judul. Langkah berikutnya adalah memilih artikel yang paling banyak di sitasi; artinya artikel ini sekurang-kurangnya merupakan pembentuk madzhab spiritual leadership. Saya pilih dua yang teratas, dua artikel yang paling banyak disitasi oleh akademisi. Pertama, Louis W. Fry, Toward a theory of spiritual leadership, The Leadership Quaterly 14 (2003) 693-727 [1], dengan jumlah sitasi 732. Kedua, Louis W. Fry, Steve Vitucci,

Disampaikan dalam Webinar Nasional Spiritual Leadership yang diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah AMKI Sulawesi Selatan 22 Agustus 2020 pkl 09:00 WITA
Ketua Umum Asosiasi Masjid Kampus Indonesia, Ketua Pembina Yayasan Pembina Masjid Salman ITB, Ketua Senat Akademik ITB, Guru Besar ITB, Ketua Laboratorium Computational Materials Design and Quantum Engineering Fakultas Teknologi Industri ITB.

Marie Cedillo, Spiritual leadership and army transformation: Theory, measurement, and establishing a baseline, The Leadership Quarterly 16 (2005) 835-862 [2], dengan jumlah sitasi 231. Selanjutnya kalau ditelusuri lebih lanjut ternyata artikel tertua tentang spiritual leadership di Scopus bertahun 1991 yaitu Hatcher, M., Transforma- tional dan Spiritual Leadership, Journal of Holistic Nursing 9(1) (1991) pp. 65-80 [3]. Walaupun artikel ini merupakan yang tertua mengenai spiritual leadership di Scopus namun hanya memperoleh sebuah sitasi saja. Mungkin karena terbit di jurnal yang kurang bergengsi sehingga tidak menarik perhatian. Sedangkan Jurnal The Leader- ship Quarterly adalah jurnal yang amat bergengsi, istilah akademiknya adalah jurnal internasional bereputasi dengan quartil indeks Q1. Spiritual leadership ini hingga saat ini (2020) masih menjadi topik penelitian yang sangat aktif. Hal ini terlihat  dari masih banyaknya publikasi ilmiah dengan topik ini; tercatat di Scopus di tahun 2020 per Agustus ada sebanyak 27 publikasi yang di judulnya terdapat kata spiri- tual leadership. Topik ini terbit di jurnal-jurnal mengenai manajemen, kepemimpinan (leadership), bisnis, psikologi, pendidikan, keperawatan, bahkan juga teknologi dan rekayasa. Melihat luasnya cakupan studi di bidang ini maka terbuka luas kesempatan bagi para peneliti atau dosen yang menekuni bidang ini mempunyai peluang cukup tinggi menghasilkan publikasi bergengsi. Terlihat dengan jelas bahwa spiritual leader- ship merupakan salah satu kajian ilmiah dengan metodologi keilmuannya yang sudah mapan. Jadi tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membahas topik ini secara tun- tas (rigor) dengan memenuhi tuntutan metodologinya tetapi sekedar membahas secara sepintas, populer, dan berasal dari orang awam, bukan penekun bidang ini. Meskipun demikian penulis tulisan singkat ini sungguh mendapatkan manfaat yang amat banyak dari literatur yang terpaksa harus dibacanya. Hikmah adanya permintaan ceramah ini bagi saya adalah terpaksa melakukan penelitian kilat dan membaca dengan cepat. Jadi metoda yang saya gunakan dalam membahas topik ini sangat dipengaruhi oleh kedua publikasi bagus mengenai topik ini, melengkapi bacaan saya dari buku Prof. Dr. Tobroni [4] pakar mengenai hal ini di Indonesia. Perlu juga saya sampaikan di sini bahwa bagi para pemula dan ingin segera menggunakan dalam kehidupan praktis konsep, buku mengenai spiritual leadership karangan Prof. Tobroni sudah lebih dari cukup dan sangat memadai. Hanya karena rasa ingin tahu saja yang menyebabkan saya secepat mungkin (karena keterbatasan waktu) menelusuri berbagai literatur dunia mengenai topik ini. Tulisan singkat ini akan memulainya dengan membahas landasan teoretis populer, nilai-nilai Islami dalam konsep spiritual leadership, relevansi spiritual leadership untuk organisasi kemasjidan, dan kesimpulan.

  1. LANDASAN TEORETIS POPULER

Membahas spiritual leadership, meskipun hanya sepintas, tidak mungkin tanpa membahas mengenai leadership, spirituality dan religiosity. Yang terakhir terpaksa dimasukkan karena spirituality dalam berbagai pembahasan mengenai spiritual leadership mempunyai pengertian yang dibedakan dengan religiosity tersebut. Makalah singkat ini hanya akan membahas masing- masingnya secara sepintas saja, sekedar untuk melengkapi pembahasan spiritual  leadership.  Perlu disampaikan   di sini artikel-artikel mengenai ketiganya, baik sendiri-sendiri maupun hubungan yang kompleks antar ketiga entitas ini tersedia amat berlimpah di berbagai jurnal internasional bergengsi dan masih akan terus bertambah dengan cepat.

Leadership atau kepemimpinan merupakan suatu konsep yang masih terus diteliti dan dikembangkan meskipun jumlah artikel yang telah mengupas dan membahasnya di Scopus telah mencapai 52794 per Agustus 2020. Bagi para peminat serius untuk mempelajari berbagai teori dan perkembangan penelitian mengenai leadership, artikel review Dinh et. al mengenai kecenderungan teoretik dan perubahan perspektif leadership  [5] dapat menjadi langkah awal  yang baik.  Artikel ini melaporkan  hasil review kualitatif yang amat ekstensif mengenai berbagai teori leadership yang diterbitkan di 10 top-tier jurnal diantaranya The Leadership Quarterly, Adminstrative Science Quarterly, American Psychologist,  Journal  of  Management,  Academy of Management Journal, Academy of Management Review, Journal of Applied Psychology, Organizational Behavior and Human Decision Processes, Organizational Science, and Personal Psychology. Kemudian artikel ini mengkombinasikan dua kerangka kerja teoretis yang ada, Gardner et. al [7] dan Lord et. al [8], untuk menyediakan sebuah kerangka kerja yang berorientasi keproses yang menekankan pada baik bentuk-bentuk maupun tingkatan analisis yang sangat diperlukan untuk mengintegrasikan berbagai teori leadership. Akhirnya artikel ini mendeskripsikan hasil temuannya untuk keperluan riset dan teori leadership masa depan. Sedangkan artikel klasik mengenai leadership yang paling banyak di sitasi (2913 per Agustus 2020),  dan mungkin menjadi madzhab,  adalah artikel oleh Graen dan Uhl-Bien  [6]. Artikel ini menggunakan sebuah perspektif tingkatan (levels) untuk menelusuri pembangunan teori LMX (Leader-Member Exchange) melalui empat tahap evolusi dan menyelidikinya hingga 1995, saat artikel ini terbit. Karya Graen dan Uhl-Bien ini juga menggunakan sebuah perspektif domain untuk mengembangkan sebuah taksonomi baru sebagai hampiran leadership dan LMX dibahas dalam taksonomi tersebut sebagai sebuah hampiran berbasis relasi terhadap leadership. Domain leadershi menurut Graen terdiri atas Pengikut, Pemimpin, dan Relasinya (Follower, Leader, Relationship).

Tabel 1 menunjukkan hampiran tiga domain terhadap leadership.

Spirituality atau spiritualitas maupun religiosity atau religiusitas merupakan suatu konsep yang rumit dan dapat ditinjau atau dianalisis dari berbagai sudut pandang dengan hasil yang juga dapat beraneka ragam. Ilmu- ilmu kognitif dan psikologi, misalnya menawarkan hasil analisis yang bisa jadi berbeda dengan ilmu manajemen, ilmu jiwa, atau ilmu-ilmu keagamaan. Meskipun demikian ada juga irisan kesamaan dasar tentang konsep-konsep ini. Spirituality atau spiritualitas dapat didefinisikan, diantaranya sebagai cara seseorang untuk mengekspresikan atau mencari makna dan tujuan dan jalan dia merasakan adanya keterkaitan dirinya dengan waktu, orang lain, alam, dan sesuatu yang sakral. Jika spiritualitas itu merupakan dimensi kepribadian, maka religiosity atau religiusitas itulah yang memungkinkan konseptualisasi atau ekspresi dari spiritualitas itu, lihat misal di [9–11]. Tobroni menjelaskan bahwa dalam perspektif agama-agama, dimensi spiritualitas senantiasa berkaitan secara langsung dengan realitas Tuhan, Ilahi, Tuhan Yang Maha Esa, dan makna spiritualitas akan bermuara kepada kehakikian, keabadian, dan ruh; bukan yang sifatnya sementara [4]. Dari berbagai teori yang ada mengenai spiritualitas dan religiusitas dapat diringkas bahwa spiritualitas itu menyangkut keyakinan (faith) kepada yang gaib, sakral, makna, maksud dan tujuan hidup, sedangkan religiusitas berkaitan dengan syariat agama, jalan mewujudkan spiritualitas itu.

Definisi mengenai spiritual leadership yang cukup eksplisit, menjelaskan dirinya dengan cukup gamblang diantaranya diberikan oleh Fry ”Spiritual leadership theory (SLT) is a causal leadership theory for organizational transformation designed to create an intrinsically motivated, learning organization” [1]. Teori ini sengaja dirancang untuk organisasi yang ingin melakukan transformasi agar mampu membangun motivasi dari dalam dirinya, siap belajar agar transformasi itu terus berlangsung dan berhasil. Selanjutnya disebutkan bahwa SL ini mempunyai komponen-komponen yang terdiri atas nilai-nilai (values), sikap (attitudes), dan pola tingkah-laku (behaviors) yang amat diperlukan untuk memotivasi diri sendiri maupun orang lain dalam rangka membangun rasa kelangsungan hidup spiritual melalui ajakan kebersamaan. Atau dengan kata lain, mengalami dan merasakan adanya makna dalam kehidupan, mempunyai rasa membuat suatu perbedaan, dan rasa dipahami dan diapresiasi. Dampak dari SL dalam membangun rasa pemimpin dan yang dipimpin mengenai kelangsungan hidup spiritual itu adalah terciptanya keselarasan nilai di seluruh lini strategik, baik di tingkat invidual maupun tim yang pada akhirnya berkembang ke tingkat yang lebih tinggi (organisasi) berupa komitmen, produktivitas, dan kesejahteraan karyawan. Tabel 2 memberikan kualitas-kualitas dari spiritual leadership yang ditawarkan oleh Fry et. al. Spiritual leadership dengan demikian memerlukan:

  • visi yang dengan itu anggota organisasi mengalami suatu perasaan terpanggil agar hidupnya mempunyai makna dan dapat membuat perbedaan
  • budaya organisasi berbasis pada kecintaan untuk memberi di mana pemimpin dan yang dipimpin mempunyai ketulusan perhatian, penghargaan baik untuk dirinya maupun kepada yang lain sehingga akan menghasilkan kebersamaan, rasa memiliki, dan merasa dipahami serta dihargai.
  1. NILAI-NILAI ISLAM DALAM SPIRITUAL LEADERSHIP

Dari definisinya nilai-nilai Islam sekaligus mencakup aspek spiritualitas dan religiusitas, ada aqidah dan syariat. Yang dimaksud nilai-nilai Islam di sini adalah ajaran, pesan-pesan yang diberikan oleh Al-Qur’an yang kemudian diteladankan secara sempurna perwujudannya dalam hidup dan kehidupan Rasulullah Muhammad SAW. Jadi wujud nyata dari spiritualitas dan religiusitas itu secara sempurna diteladankan oleh Rasulullah, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin, rumah tangga maupun ummat dan ini semua terekam dengan sangat rinci dalam dokumen-dokumen tertulis sehingga tidak dapat diragukan otentisitasnya. Walaupun kepemimpinan Rasulullah SAW sepenuhnya bersifat nubuwwah namun tidak diragukan lagi di dalamnya terkandung atau mempunyai semua elemen-elemen spiritual leadership. Tentu pola, hampiran, teori, wujud sehari-hari kepemimpinan Rasulullah melampui (beyond) atau tidak hanya sekedar spiritual leadership dengan tiga domainnya itu karena sekurang-kurangnya ada domain ke-empat, yaitu menghadirkan Allah SWT.

Semua kualitas spiritual leadership secara sempurna dimiliki dan dipraktekkan, dan bahkan ditiru dengan sangat antusias oleh para pengikut setia Rasulullah SAW hingga akhir zaman. Visi yang ditawarkan oleh Al-Qur’an yang dengan sangat riil diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah kehidupan dunia akherat yang sejahtera. Walaupun sangat abstrak namun kepulangan yang disambut secara khusus oleh Allah SWT dengan salamNya:

(Kepada mereka dikatakan):”Salam” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yasin[36]: 58)

menjadi impian dan dambaan tidak saja bagi para sahabat Beliau namun juga bagi para pengikut setianya hingga akhri zaman. Sedemikian indah dan kuatnya karakter Rasulullah SAW sehingga sesuatu yang abstrak, seperti surga dan neraka, itu nampak dengan sangat jelas oleh para sahabat sebagai sesuatu yang riil, nampak nyata dan dekat. Panggilan ajakan kepada surga selalu mendapat jawaban yang sangat antusias

dari para sahabat; tidak peduli apa bentuk ajakan itu: ada dalam bentuk membelan- jakan harta, jihad fisabillah menuju medan perang, dipersaudarakan, selalu disambut dengan gembira dan antusias. Semangat nya adalah ”Kami dengar dan kami taati”. Jadi trust/loyalty bukan hanya sekedar wacana, slogan, atau lips service. Rasulul- lah SAW selalu mencontohkan atau meneladankan kepada para sahabatnya standard kualitas prima, baik yang fisikal apalagi yang spiritual. Semua kualitas dalam kelom- pok visi, melewati batas ruang dan waktu, menjadi sangat jelas, terang benderang seterang siang hari bolong. Mengenai hope/faith dengan sangat indah diberikan oleh Rasulullah SAW pada saat Beliau beserta membangun parit, sebagai persiapan perang Khandaq. Disaat yang amat kritis bagi komunitas awal ummat, dalam suasana antara hidup dan mati, Beliau menyampaikan kepada para sahabatnya bahwa mereka akan mewarisi Parsi dan Romawi.

Mengenai hadirnya atmosfir memberi perhatian tentang kesejahteraan antar sesamanya, persaudaraan sejati yang melampui batas-batas hubungan sedarah, ke- maafan, empati, kejujuran dan kualitas-kualitas dalam kelompok altrusitic love benar- benar menjadi realitas kehidupan sehari-hari dalam komunitas awal Rasulullah dan para sahabatnya; itu semua bukan slogan, konsep, atau wacana. Penaklukan Mekkah yang diikuti dengan pengampunan dan pemaafan masif kepada seluruh penghuni Mekkah yang pernah menganiaya dan mengusir Rasulullah SAW merupakan ekspresi maksimal dari altruistic love dalam model spiritual leadership dari Fry [1]. Masyarakat egaliter, tidak ada strata sosial, menderita dan sejahtera bersama benar-benar ter- pelihara bahkan hingga komunitas ini telah menguasai aset dan kekayaan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Semua mendapatkan haknya secara adil dan tidak ada sat- upun yang teraniaya, bahkan hak untuk menuntut balas kepada Rasulullah SAW pun tersedia. Kisah yang mengharukan siapapun mengenai hal ini terekam dengan sem- purna hingga saat ini.

  1. RELEVANSI SPIRITUAL LEADERSHIP UNTUK ORGANISASI KE- MASJIDAN

Organisasi kemasjidan, khususnya untuk Asosiasi Masjid Kampus, adalah organ- isasi lillahi ta’ala, dalam arti bahwa organisasi ini tidak dapat (dan tidak akan pernah) menjanjikan hal-hal yang bersifat duniawi-material kepada para pengurusnya. Organ- isasi ini juga tidak akan pernah menjadi kendaraan politik bagi para pengurusnya karena memang bukan untuk ini tujuan didirikannya. Meskipun demikian organisasi ini menuntut pengelolaan yang profesional dan mengikuti kaedah-kaedah organisasi modern. Dalam bahasa Tobroni [4], organisasi kemasjidan masuk dalam kelompok

noble industry or organization dengan noble cause. Mungkin model kepemimpinan spiritual ini dapat menjembatani antara lillahi ta’ala di satu sisi dan tuntutan pen- gelolaan organisasi modern di sisi yang lain.

Visi akherat menjadi luar biasa pentingnya bagi para pengurus organisasi kemasji- dan. Dengan visi ini yang kuat diharapkan selalu dapat dibangkitkan energi dari dalam diri secara berkelanjutan. Energi yang sangat besar diperlukan untuk mengelola or- ganisasi nasional dengan wilayah yang amat luas, padahal sumber daya organisasi yang tersedia amatlah terbatas. Artinya kejuangan via pengorbanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam organisasi seperti ini. Kualitas-kualitas kepemimpinan spiri- tual menjadi sangat diperlukan. Di ujung dari semua itu, menghadirkan Allah SWT menjadi harapan akhir sekaligus langkah awal yang amat diperlukan. Bahwa khusnul khotimah disebut dalam hymne Asosiasi Masjid Kampus Indonesia tentu bukan suatu kebetulan.

Kita sangat bersyukur bahwa hidup dan kehidupan Rasulullah SAW itu sejak awal telah dipilih untuk menjadi teladan satu-satunya bagi seluruh aspek kehidupan, ter- masuk dalam mengelola organisasi. Shiddiq, amanah, fathonah, dan tabligh pun telah kita kenal sejak kecil. Mengelola organisasi kemasjidan merupakan sebuah kesempatan untuk mengaktualisasikan keteladanan itu. Tantangan pemenuhan nafkah, melancar- kan karir, dan sekaligus melaksanakan amanah mengelola organisasi kemasjidan jelas memerlukan energi yang amat besar. Perjuangan Rasulullah SAW menjadi oasis yang menawarkan kesejukan dan kedamaian.

  1. KESIMPULAN

Telah dibahas sepintas tentang leadership oleh seorang yang awam mengenai topik ini. Karena sepintas sifatnya maka jelas bahwa bahasan di sini belum tuntas. Masih tersedia ruang yang amat luas untuk memperkaya. Meskipun demikian, tulisan ini menyediakan sejumlah pustaka yang dapat dijadikan langkah awal bagi para pem- inat serius yang ingin mendalami topik yang sangat menarik ini. Manfaat kajian lebih lanjut mengenai topik ini sangatlah jelas mengingat semakin menjamur tumbuh- nya organisasi nirlaba yang dapat dikelompokan sebagai noble organization. Terlebih lagi jika pendalaman itu mengacu kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW namun dengan menggunakan pisau metodologi leadership science. Memadukan an- tara metodologi modern, sebagai pisau analisis, untuk membedah hikmah yang masih tersembunyi dalam kekayaan khazanah Islam mungkin akan menghasilkan pelita yang dapat menerangi perjalanan peradaban manusia yang nampaknya mulai memasuki relung-relung kegelapan. Bisa jadi ini disebabkan karena pemimpin tidak berbekal dengan kepemimpinan yang tepat dan memadai. Allah SWT jualah yang Maha Tahu.

  1. DAFTAR PUSTAKA
  1. Louis W. Fry, Toward a theory of spiritual leadership, The Leadership Quaterly 14 (2003) 693-727.
  2. Louis W. Fry, Steve Vitucci, Marie Cedillo, Spiritual leadership and army transformation: Theory, measurement, and establishing a baseline, The Leadership Quarterly 16 (2005) 835-862.
  3. Hatcher, M., Transformational dan Spiritual Leadership, Journal of Holistic Nursing 9(1) (1991)

pp. 65-80.

  1. Tobroni, The Spiritual Leadership, Edisi Kedua, UMM Press, Februari 2010.
  2. Jessica E. Dinh, Robert G. Lord, William L. Gardner, Jeremy D. Meuser, Robert C. Liden, Jinyu Hu, Leadership theory and research in the new millenium: Current theoretical trends and changing perspectives, The Leadership Quarterly 25 (2014), 36-62.
  3. George B. Graen and Mary Uhl-Bien, Relationship-based approach to leadership: Development of leader-member exchange (LMX) theory of leadership over 25 years: Applying a multi-level multi-domain perspective, The Leadership Quarterly 6(2) (1995), 219-247.
  4. Gardner, W. L., Lowe, K. B., Moss, T. W., Mahoney, K. T., & Cogliser, C. C. Scholarly leadership of the study of leadership: A review of The Leadership Quarterly’s second decade, 2000–2009.

The Leadership Quarterly, 21 (2010), 922–958.

  1. Lord, R. G., & Dinh, J. E. Aggregation processes and levels of analysis as organizing structures for leadership theory. In D. V. Day, & J. Antonakis (Eds.), The nature of leadership (pp. 29–65) (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage Publications Inc.
  2. Christian J. Nelson, Barry Rosenfeld, William Breitbart, Michele Galieta, Spirituality, Religion, and Depression in Terminally Ill, Psychosomatics 43 (2002), 213-220.
  3. Marvin O. Delgado-Guay, David Hui, Henrique A. Parsons, Steven Thorney, and Eduardo Bruera, Spirituality, Religiosity, and Spiritual Pain in Advanced Cancer Patients, Journal of Pain and Symptom Management 41 (2011), 968-994.
  4. Margaret Benefiel, Louis W. Fry and David Geigle, Spirituality and Religion in the Workplace: History, Theory, and Research, Psychology of Religion and Spirituality 6 (2014), 175-187.

Table 1: Three Domain Approaches to Leadership of Graen and Uhl-Bien [6]

ProblemsLeader-basedRelationship-basedFollower-based
What is leadersip?Appropriate be-havior of the person in leader roleTrust, respect, andmutual obligation that generates influence between partiesAbility and moti-vation to manage one’s own perfor- mance
What behav-iors constitute leadership?Establishing andcommunicating vision; inspiring, instilling prideBuilding strongrelationship with followers;  mu- tual learning and accomodationEmpowering,coaching, facili- tating, giving up control
AdvantagesLeader as rallyingpoint for organiza- tion; common un- derstanding of mis- sion and values; can initiate whole- sale changeAccomodates dif-fering needs of subordinates; can elicit superior work from different types of peopleMakes the most offol- lower capabili- ties; frees up lead- ers for other re- sponsibilities
DisadvantagesHighly depen-dent on leader; problems if leader changes or is pursuing inappro- priate visionTime-consuming;relies on long- term relationship between    spe- cific leaders and membersHighly dependenton fol- lower initia- tive and ability
When appropriateFundamentalchange; charis- matic leader in place; limiteddiversity among followersContinuous     im-provement team- work; substantial diversity        andstability among followers; Network buildingHighly capable andtask committed followers
Where most effec-tiveStructured tasks;strong leaderposition power;member accep- tance of leaderSituation favor-ability for leader between two extremesUnstructuredtasks; weak po- sition power; member nonaccep- tance of leader

Table 2: Qualities of spiritual leadership from Fry [1]

VisionAltruistic LoveHope/Faith
Broad appeal to key stake-holdersForgivenessEndurance
Defines the destinationand journeyKindnessPerseverance
Reflects high ideasIntegrityDo what it takes
Encourages hope/faithEmpathy/compassionStretch goals
Establishes a standard ofexcellenceHonesty, Patience,Courage, Trust/loyalty, HumilityExpectation of reward