Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI) menyatakan sikapnya dalam menolak Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender atau yang biasa disingkat LGBT. Hal ini disampaikan oleh Adriano Rusfi di dalam Rapat Konsolidasi AMKI Menuju Jaringan Rumah Amal Nasional, Ahad, (14/2) di Gedung Sayap Selatan Masjid Salman ITB.
AMKI juga mendorong kampus-kampus untuk menjalankan fungsi pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Pemenuhan Tri Dharma perguruan tinggi tersebut dapat dijewantahkan dalam strategi mengatasi LGBT sebagai penyimpangan perilaku seksual.
Hal ini berdasarkan dugaan bahwa gerakan LGBT merupakan upaya pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk menghancurkan mental dan ideologi bangsa. Sasaran empuk gerakan ini ialah mahasiswa, yang secara psikis tengah mengalami krisis identitas dan orientasi hidup.
“AMKI berusaha menangani bagaimana mendidik mahasiswa agar mereka juga mampu mengelola kebebasan yang mereka peroleh,” jelas Psikolog sekaligus Anggota Dewan Pakar Masjid Salman ITB itu.
Mahasiswa pun berada dalam kondisi scientific euphoria and delusion. Banyak yang mudah terpukau ketika LGBT dibenarkan lewat teori-teori ilmiah. Adriano menganalogikan, banyak mahasiswa yang memiliki ilmu, namun tidak memahami filosofinya.
Karakter mahasiswa yang mudah berempati pada “kaum tertindas” pun dapat menjadi celah bagi penggerak LGBT. Pasalnya, kebanyakan propaganda LGBT menggambarkan penganutnya sebagai golongan yang teraniaya dan termarjinalkan. “Kita ingin mahasiswa itu orientasinya bukan ketertindasan, tapi kebenaran,” tegasnya lagi.
Menurut psikolog yang juga aktif sebagai Konsultan SDM ini, upaya pencegahan masuknya paham LGBT pada mahasiswa dan remaja dapat dilakukan lewat berbagai pendekatan. Misalnya lewat seminar, training, buletin, buku, atau poster yang edukatif.[ed: Dh ]
Sumber: http://kabar.salmanitb.com/2016/02/22/asosiasi-masjid-kampus-indonesia-tolak-lgbt/